Rabu, 27 Agustus 2008

Membasuh Rembulan



Gerimis membasuh rembulan

Torehan liris yang terhapuskan


Malam tak enggan berlalu

Waktu yang menolak kelu







Selasa, 26 Agustus 2008

Di Ketinggian Sumbing


- untuk IS, teman sejalan di pendakian

Berteman kerjap bulan merah di sela rimbun daun
dan kedip lintang penuntun arah di gelap langit
Kembali kurayapi punggung angkuhmu, hai Sumbing
Engkau yang menyembunyikan jurang jurang dalam menggetarkan ,
menjanjikan misteri menggairahkan, juga maut mematikan
yang niscaya mengintip lengah menjerat langkah
Sementara di rahimmu berlimpah air sumber hidup
yang tak lelah mengalir jauh ke induk samudra selatan
untuk kemudian tak jemu kembali ke pelukanmu dalam deras hujan

Kan kusesap nikmat embun malam berkilau yang berayun
bermain angin di pucuk ilalang berkelok jalan setapak
Dan kuhirup rakus aroma rimbun pinus yang memabukkan
Pun meski berkali terjerembab akar dan sayatan duri tersamar di belukar
Serta dinding dinding andesit perkasa yang menciutkan nyali
Semua hanya membuatku selalu ingin kembali
Segera ...

Peluh yang membanjir diam, penat yang mendera tersekap dingin
menyingkir perlahan manakala langkah kaki tlah mencapai batas pijakan
Di sanalah tak henti kau bermurah hati menuntas rinduku
Pada arakan sunyi awan kelabu semburat jingga di timur
Pada putih edelweiss yang terangguk angguk ramah mengiyakan elokmu
Pada kesadaran betapa debunya aku di tengah bentang dahsyat alas kakiMu
Sementara nun di lembah kabut putih merayap malas enggan pergi
dari atas kanopi hijau hutanmu yang menyeruakkan
kokok lantang pertama si unggas jantan

Kemudian, di puncak ekstase
Hanya kesenyapan
Hening
Bening ...




- refleksi kenangan pendakian, kala menelusuri kawah ratu tangkuban perahu,
bersama anak anak dan istri

Rabu, 20 Agustus 2008

Rindu Ini Untukmu

- untuk HP, perempuan terakhirku

rindu ini masih untukmu
meski tak selalu mampu
kuurai simpulnya
kadang ia datang menyelinap
berjingkat bersama semburat senja
kemudian memuncak dalam resah
kala bulan di ujung malam

sering pula ia berlari menghambur
meniti cerah surya dini hari
untuk kemudian meruap penuh gairah
di penggal siang yang menantang

namun tak jarang ia
tak teraba indera
menguap tanpa isyarat
entah kemana ...

rinduku untukmu
laksana buih membuncah
di titian ombak selatan
tak malu ia pasang
pun tak sungkan surut

rindu ini selalu ada untukmu
dan tengah kucoba urai
simpulnya

Minggu, 17 Agustus 2008

Ilalang Yang Menusuk Rembulan

- untuk R, cinta pertamaku

Dan rembulan pun tersingkap sempurna
pamerkan pesona dan genit manjanya
tergolek telanjang di langit malam
mengundang hasrat - menepis ragu
percikkan cinta gelegakkan nafsu
mari, mari, biar kurengkuh harummu
kudekap kucumbu hingga pagi tiba
sebelum akhirnya ...

terhempas bersama

Perempuan Perkasa

- untuk teman-teman tki,
pejuang sunyi di negeri pikuk seberang

Ketika Bibi, pembantu kami
Tak datang lagi suatu pagi ...
Terbayang nyata di pelupuk mata :
Baju dan celana kumal bau, berlimpah di mesin cuci
Bertimbun cucian kering keriting, berderet antre di kamar seterika
Onggokkan piring dan gelas, bekas sarapan - sampai makan malam
Ranjang yang poranda dan mesum, jejak pergumulan semalam
Mainan anak terserak di lantai, buku, koran dan remah makanan
Tumpahan kopi
Juga debu

Ketika Bibi yang telah tua, namun setia
tak datang lagi untuk kesekian kali,
Selusin tanya bergayut di dada :
Penyakitkah kini yang menghempaskan tubuh rentanya ?
Atau, adakah tanda rahasia yang tak kasat mata ?
isyarat sunyi yang tak sempat terungkap ?
bahasa tubuh yang gagal kami baca ?

Ketika Bibi tak datang lagi ...
Yang tertinggal kini
Rekaman bertahun kesetiaan
Dan keperkasaan
Barangkali juga derita
yang diam membisu

14 agustus 2008



Kemana Gerangan

- kepada NKG

sepi yang mengendap
memagut dingin
meredam bisik daun gugur
menyekap diam deru angin
cahaya pun melindap
sempurnalah
beku malam

kemana gerangan
kedip tanpa suara
isyarat dunia maya ?