Selasa, 26 Agustus 2008

Di Ketinggian Sumbing


- untuk IS, teman sejalan di pendakian

Berteman kerjap bulan merah di sela rimbun daun
dan kedip lintang penuntun arah di gelap langit
Kembali kurayapi punggung angkuhmu, hai Sumbing
Engkau yang menyembunyikan jurang jurang dalam menggetarkan ,
menjanjikan misteri menggairahkan, juga maut mematikan
yang niscaya mengintip lengah menjerat langkah
Sementara di rahimmu berlimpah air sumber hidup
yang tak lelah mengalir jauh ke induk samudra selatan
untuk kemudian tak jemu kembali ke pelukanmu dalam deras hujan

Kan kusesap nikmat embun malam berkilau yang berayun
bermain angin di pucuk ilalang berkelok jalan setapak
Dan kuhirup rakus aroma rimbun pinus yang memabukkan
Pun meski berkali terjerembab akar dan sayatan duri tersamar di belukar
Serta dinding dinding andesit perkasa yang menciutkan nyali
Semua hanya membuatku selalu ingin kembali
Segera ...

Peluh yang membanjir diam, penat yang mendera tersekap dingin
menyingkir perlahan manakala langkah kaki tlah mencapai batas pijakan
Di sanalah tak henti kau bermurah hati menuntas rinduku
Pada arakan sunyi awan kelabu semburat jingga di timur
Pada putih edelweiss yang terangguk angguk ramah mengiyakan elokmu
Pada kesadaran betapa debunya aku di tengah bentang dahsyat alas kakiMu
Sementara nun di lembah kabut putih merayap malas enggan pergi
dari atas kanopi hijau hutanmu yang menyeruakkan
kokok lantang pertama si unggas jantan

Kemudian, di puncak ekstase
Hanya kesenyapan
Hening
Bening ...




- refleksi kenangan pendakian, kala menelusuri kawah ratu tangkuban perahu,
bersama anak anak dan istri

Tidak ada komentar: