Rabu, 05 November 2008

Perjalanan 3


di gunung ...

Air kali di sela bebatuan

Gemericik, yang menyusupkan makna

pada rahim keheningan

Kilau bening, yang mengalirkan

teduh hutan


sampai di kota ....

Air limbah di sela timbunan sampah

Gemericik yang hilang makna,

di telan bising kota

Aroma busuk dan kilau hitam, yang pantulkan

gelisah penghuninya



(jauh nian jalan ke pelukan Samudra ...)






Sabtu, 18 Oktober 2008

Sunyi, yang Memanggil

Di sela penat kerja yang menyesakkan, kesunyian selalu punya kesempatan untuk menyelinap. Walau beberapa kejap, namun bagai oase penyejuk di gurun kejaran waktu. Dia bisa datang kapan saja, tanpa kulonuwun. Menyeruak dari deretan angka-angka statistik, lalu lalang orang di jalan, bahkan di tengah percakapan dengan sahabat. Saat ia datang, semua gambar seakan melambat, slowmotion

Jauh hari, seorang Eiji Yoshikawa - penulis legenda Musashi yang mengagungkan kesenyapan, mengingatkan agar kita tak terjebak dalam rutinitas yang dapat mengeringkan jiwa, bahkan membunuhnya. Simak saja sepenggal sajaknya berikut :



Apabila aku sibuk
gunung memandangku
apabila aku senggang
aku memandang gunung
walau kelihatannya sama, tapi tak sama
karena kesibukan lebih rendah
dari kesenggangan



Masihkah relevan dengan kekinian, yang sarat pengagungan materi ? Semua kembali pada kacamata apa yang kita gunakan …

Sekedar berbagi, inilah hasil ‘menyepi’ di tengah riuh keseharianku …



Slow, donk !

Waktu yang sibuk berpacu

Tak hendak jedakah kamu sejenak

Melupakan penat mengabaikan hitungan

Agar tak lepas kendali

Atau sekedar menjadi Sisipus dengan batunya

Naik turun gunung

Sia-sia ...



Andai

goresan rindumu

bertebaran di buku langit biru

bisikan manjamu

terngiang di helaan angin lalu

untuk siapakah itu ?

13 oktober 2008



Padang rumput, suatu siang

Arakan awan putih

di bentang biru langit

ilalang kering yang lelah

mencakarnya sia-sia

17 Oktober 2008

Rabu, 24 September 2008

Para Bunda Pemelihara Bumi



- dedikasi untuk para sahabatku, ‘kader posyandu’ :
dari ibu Asep yang penuh semangat, ibu Romlah, ibu Atik, ibu Kumaryati, ibu Dedeh ‘si penjelajah’ dan ibu Dadang, juga ibu Sondati yang sudah sepuh

di Kebon Gedang
Ibu Nining, Ibu Lilis dan ibu Nina yang kader ‘canggih’ di Kebon Waru
serta ibu Neuneu dan ibu Lilis di Cibangkong


Dari lorong lorong pengap
di sela pikuk pasar dan pertokoan
Dari kampung kampung dekil
di pantat mal penjaja mimpi
dan ketiak gedung perkantoran
Pun di tengah himpitan selangkang hidup
tanpa kompromi sehari hari
Mereka, para bunda pemelihara bumi
tetap setia saling berbagi
Menjaga nurani, membasuh gerah negeri
Merawat tunas tunas penyambung generasi
Agar tak kembali hilang lenyap
tergerus jaman nan sarat hipokrisi

Mereka, para bunda pemelihara bumi
Yang rela menyerahkan diri
Yang juga tak ambil peduli
ketika kini diingat
ataupun kelak bakal dilupakan

- penelusuran beberapa kampung kumuh kota Bandung, untuk suatu tugas penelitian

Jumat, 12 September 2008

Berbagi, yang Membebaskan !


Melawat beberapa blog, terekam pernik pernik kegembiraan , optimisme, dan kebanggaan meruap. Tak sedikit yang tengah berjuang melawan jerat keraguan, kepedihan dan keprihatinan mengharukan. Namun juga amarah, yang membakar. Salut dan simpatiku untuk yang berani dan sudi berbagi, terutama pahit asam kehidupan. Tak semua siap melakukan hal yang sama. Aku pun termasuk yang terakhir. Perlu waktu beberapa jenak, untuk menerima sayatan luka - sekedar bagian unik hidup yang mesti dinikmati. Sebagaimana sepenggal kata bijak, ‘ Ini juga akan lewat nanti ‘ ...

Inilah beberapa kesaksianku atas hidup, yang tak selalu seindah pelangi.
Walau pedih bagai menatah hati, namun mampu membebaskan ....


Perjalanan 1

Gamang kini makin akrab,
Pilihan pilihan terasa kian berat
Langkah setapak yang menentukan
Ke puncak pendakian yang mencerahkan
Atau ke dasar lembah
- tanpa bayang
(awaljuni 2008)


Perjalanan 2

Di simpang jalan ini
Udara bertuba
Sengalkan nafasku
Mencecap gaung sunyi
dan getir nyeri,
sendiri
Mampus !
(awal juni 2008)


Arus, yang Menghanyutkan

Kerlip genit lampu malam,
berpendar menyilaukan
Menjelma dalam hasrat,
gelisah memabokkan

Memaku sadarku
dalam jebakan waktu
(awaljuni 2008)

Luka Sempurna

Matahari siang
Di puncak pendakian
Kering dan gerahnya
Sempurnakan lantak
di ulu hati
Hangus menyerpih,
tak bersisa !
(awal september 2008)



Senin, 01 September 2008

Kepada Muslimin Teguh

Dan manakala rembulan tinggal selengkung tipis
Berkemaslah anak-anak Abraham
Menyongsong Ramadhan yang penuh ampunan
Juga berkah melimpah

Hati yang khusyu' menyeru Asma Allah
laku yang zuhud bukakan mi’raj ruhaniah
Tentulah sembari tak alpa
menyapa sesama

Sebagaimana sepenggal kisah indah :
Maka, Nabi pun dengan retoris menawarkan
seonggok roti kepada seorang perempuan berpuasa
- yang tengah membentak sahayanya
Aku berpuasa ya Rasulullah, mengapa engkau
beri sepotong roti ?
Syahdan, menjawab sang Nabi,
banyak orang berpuasa, tetapi hasilnya
tiada lain sekedar lapar
dan dahaga


- Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan -

sumber inspirasi : Menuju Kesalehan Otentik, opini Haedar Nashir, Kompas, 30 Agustus 2008

Rabu, 27 Agustus 2008

Membasuh Rembulan



Gerimis membasuh rembulan

Torehan liris yang terhapuskan


Malam tak enggan berlalu

Waktu yang menolak kelu







Selasa, 26 Agustus 2008

Di Ketinggian Sumbing


- untuk IS, teman sejalan di pendakian

Berteman kerjap bulan merah di sela rimbun daun
dan kedip lintang penuntun arah di gelap langit
Kembali kurayapi punggung angkuhmu, hai Sumbing
Engkau yang menyembunyikan jurang jurang dalam menggetarkan ,
menjanjikan misteri menggairahkan, juga maut mematikan
yang niscaya mengintip lengah menjerat langkah
Sementara di rahimmu berlimpah air sumber hidup
yang tak lelah mengalir jauh ke induk samudra selatan
untuk kemudian tak jemu kembali ke pelukanmu dalam deras hujan

Kan kusesap nikmat embun malam berkilau yang berayun
bermain angin di pucuk ilalang berkelok jalan setapak
Dan kuhirup rakus aroma rimbun pinus yang memabukkan
Pun meski berkali terjerembab akar dan sayatan duri tersamar di belukar
Serta dinding dinding andesit perkasa yang menciutkan nyali
Semua hanya membuatku selalu ingin kembali
Segera ...

Peluh yang membanjir diam, penat yang mendera tersekap dingin
menyingkir perlahan manakala langkah kaki tlah mencapai batas pijakan
Di sanalah tak henti kau bermurah hati menuntas rinduku
Pada arakan sunyi awan kelabu semburat jingga di timur
Pada putih edelweiss yang terangguk angguk ramah mengiyakan elokmu
Pada kesadaran betapa debunya aku di tengah bentang dahsyat alas kakiMu
Sementara nun di lembah kabut putih merayap malas enggan pergi
dari atas kanopi hijau hutanmu yang menyeruakkan
kokok lantang pertama si unggas jantan

Kemudian, di puncak ekstase
Hanya kesenyapan
Hening
Bening ...




- refleksi kenangan pendakian, kala menelusuri kawah ratu tangkuban perahu,
bersama anak anak dan istri

Rabu, 20 Agustus 2008

Rindu Ini Untukmu

- untuk HP, perempuan terakhirku

rindu ini masih untukmu
meski tak selalu mampu
kuurai simpulnya
kadang ia datang menyelinap
berjingkat bersama semburat senja
kemudian memuncak dalam resah
kala bulan di ujung malam

sering pula ia berlari menghambur
meniti cerah surya dini hari
untuk kemudian meruap penuh gairah
di penggal siang yang menantang

namun tak jarang ia
tak teraba indera
menguap tanpa isyarat
entah kemana ...

rinduku untukmu
laksana buih membuncah
di titian ombak selatan
tak malu ia pasang
pun tak sungkan surut

rindu ini selalu ada untukmu
dan tengah kucoba urai
simpulnya

Minggu, 17 Agustus 2008

Ilalang Yang Menusuk Rembulan

- untuk R, cinta pertamaku

Dan rembulan pun tersingkap sempurna
pamerkan pesona dan genit manjanya
tergolek telanjang di langit malam
mengundang hasrat - menepis ragu
percikkan cinta gelegakkan nafsu
mari, mari, biar kurengkuh harummu
kudekap kucumbu hingga pagi tiba
sebelum akhirnya ...

terhempas bersama

Perempuan Perkasa

- untuk teman-teman tki,
pejuang sunyi di negeri pikuk seberang

Ketika Bibi, pembantu kami
Tak datang lagi suatu pagi ...
Terbayang nyata di pelupuk mata :
Baju dan celana kumal bau, berlimpah di mesin cuci
Bertimbun cucian kering keriting, berderet antre di kamar seterika
Onggokkan piring dan gelas, bekas sarapan - sampai makan malam
Ranjang yang poranda dan mesum, jejak pergumulan semalam
Mainan anak terserak di lantai, buku, koran dan remah makanan
Tumpahan kopi
Juga debu

Ketika Bibi yang telah tua, namun setia
tak datang lagi untuk kesekian kali,
Selusin tanya bergayut di dada :
Penyakitkah kini yang menghempaskan tubuh rentanya ?
Atau, adakah tanda rahasia yang tak kasat mata ?
isyarat sunyi yang tak sempat terungkap ?
bahasa tubuh yang gagal kami baca ?

Ketika Bibi tak datang lagi ...
Yang tertinggal kini
Rekaman bertahun kesetiaan
Dan keperkasaan
Barangkali juga derita
yang diam membisu

14 agustus 2008



Kemana Gerangan

- kepada NKG

sepi yang mengendap
memagut dingin
meredam bisik daun gugur
menyekap diam deru angin
cahaya pun melindap
sempurnalah
beku malam

kemana gerangan
kedip tanpa suara
isyarat dunia maya ?

Senin, 28 Juli 2008


surut langkah sejenak

sekedar mengendapkan isi benak

agar mata hati tak hilang kendali

dan mata pena tak hilang arah

kelak, manakala batu kembali bening,

dan tanah, rumput serta pohonan tak lagi kering

itulah masa berbagi kisah
fred, 28 Juli 2008

Sabtu, 26 Juli 2008

Jalan Sunyi

Menyusuri jalan sunyi
Lengang dari pikuk duniawi
Hening dari tepuk seremoni
Bukan berarti tak menjejak bumi
Pun tak hendak menafikan nurani

Karena jalan sunyimu
Bukanlah tujuan hakiki
Sekedar peneguh ikrarmu
Melayani Sang Guru Sejati



fred, 25 Juli 2008
(untuk sahabatku - seorang pastur, yang hari ini berulang tahun
semoga diteguhkan dan setia dalam panggilannya)

Senin, 30 Juni 2008

Bangun, Pesta Usai !




Lampu stadion t'lah lama dipadamkan
deretan bangku tercenung sunyi
hamparan rumput hijau bernafas lagi
spanduk dan bendera kembali terlipat rapi
atribut dan lencana berderet masuk laci

Peluit panjang sebentar bakal dilupakan
hiruk pikuk tak lagi berkumandang
damai kembali turun atas bumi
.........................

Yang tersisa kenangan kolektif
- juga yang pribadi :
nikmat dan bangga membuncah
bagi sang juara sejati
namun pedih tak terperi
bagi sang pecundang

Rasa sakit dan nikmat
tak lama bakal lewat
selamat bertemu kembali
di arena pembuktian yang lain ...


catatan akhir euro cup, juni 2008

Setelah Spanyol Juara di Ernst Happel


Barangkali Fatih Terim benar, saat mengatakan bahwa tidak ada keajaiban dalam sepakbola, yang ada strategi yang tepat, dan berikutnya adalah : kerja keras dan kerja keras !
Lihatlah Belanda, yang begitu mempesona dengan super total footballnya kreasi anyar van Basten, dibuat tak berdaya - layaknya kawan latih tanding bagi anak-anak muda penuh talenta beruang merah Rusia - hasil gemblengan penuh dedikasi Tsar Guus Hiddink.
Tengok pula Gli Azzurri Italia, 4 kali kampiun dunia, namun uzur usia, dikirim pulang lebih awal oleh La Furia Roja Spanyol – yang penuh semangat muda matador - namun selalu bermain menawan dan tak pernah kendor.
Syahdan, Spanyol dengan tradisi sepakbola tensi tinggi, yang akhirnya menghancurkan mimpi indah si jenius Andrei Arshavin , mengirim pulang lebih cepat pasukan beruang merahnya. Barangkali dengan satu pesan penting : mulailah lebih sering bertarung di klub-klub Eropa !
Kemudian Turki – The King of ComeBack, - 3 kali berhasil membalik keunggulan lawan jadi pecundang pada menit-menit akhir, dihajar der panzer Jerman

– pembuktian si ' juara menit akhir ' sejati

Barangkali Fatih Terim - arsitek pasukan Kemal Ataturk - benar bahwa tidak ada keajaiban dalam bermain bola.
Namun bagaimana dengan keberuntungan ?

Tak disangkal, di final, ada adu pintar strategi antara si tua temperamen namun sederhana Aragones dan si perlente muda Loew. Juga ada kerja keras Saint Iker Casillas – kiper kapten tim matador dengan karunia reflek luar biasa dan sederet gelandang brilian : dari Iniesta, Xavi, Fabregas, Senna, sampai Silva .
Sementara di seberang ada pasukan mental baja der panzer dengan playmaker kapten Ballack , duet striker Podolski – Klose, gelandang muda berbakat Schweinsteiger dan Frings, tembok kokoh Metzelder , juga si tua Lehmann.

Namun karena Spanyol punya Torres - si El-Nino dengan lari secepat topan, maka terpedayalah si tua Lehmann karena telat satu detik yang mematikan. Satu detik yang membuat perbedaan. Perbedaan yang melahirkan gol semata wayang tim matador, untuk meraih trofi Henry Delaunay - mahkota kampiun sepakbola tertinggi Eropa .
Satu detik keberuntungan ?

Barangkali memang tidak ada peluang lagi , bagi tim yang hanya mengandalkan tekad baja untuk meraih kemenangan – hanya kemenangan !
Dibutuhkan pula mental juara, tehnik individu prima serta kerjasama tim yang apik, dan mungkin sedikit keberuntungan

– juga jangan lupa : kegembiraan bermain !
Dengan hati gembira, permainan akan menjadi lebih indah, dan pemenang akhirnya : sepakbola !

catatan eurocup, akhir juni 2008

Sabtu, 28 Juni 2008

Tos-tosan Penalti


syaraf
menegang siaga
mata
membidik mata :
ini tendangan
geledekku
mana lompatan
harimaumu

juni 2008

Semilyar Histeria


- untuk para euro cup mania

Ketika peluit pertanda melengking
tendangan pertama diayunkan
keringat menetes menderas
emosi merambat membakar
dan jerit histeria suporter
menggemuruh meledak liar ....
itulah awal kenikmatan
juga derita panjang
multiorgasme massal
godaan syahwat ....
cengkeraman sihir bola :
GOO ...AAL !!!

GOO ...AAL !!!
GOO ...AAL !!!

juni 2008

Jumat, 27 Juni 2008

Kusalibkan Lagi, Dia

tubuh mengucur darah
rebah memerah tanah
luka cabik menganga,
jejak rejaman cinta ?

mata duka menyapu
hunjamkan tanya membisu :
berapa kali lagi, anakKu
kau salibkan Aku ?

pasak angkuh terpancang
tangan ikhlas terentang
akankah alam
kembali terguncang ?

juni 2008

Soulmate 1



.....................
Wanita diciptakan dari rusuk pria
Bukan dari kepalanya untuk menjadi atasannya
Bukan pula dari kakinya untuk dijadikan alasnya
Melainkan dari sisinya
Untuk menjadi teman hidupnya
......................

demikian kata bijak sang pujangga
namun bagiku, wanita tetaplah misteri,
miracle, keajaiban ..... yang menakjubkan
namun kadang juga menjengkelkan......
maka : memahami lakunya
tak sesederhana mengamati laku jenaka
kupu-kupu pinggiran kali
merenungi keindahannya
tak semudah mengagumi eloknya
tiupan sax Kenny G

menyelami lubuk hatinya
tak segampang mendalami ujar-ujar
sang dalang - lewat wayang
dan memaklumi kemayunya
tak cukup dengan logika
kejantanan kaum pria

namun demikian,
tak pernah susut rinduku
tak bakal surut langkahku
belajar mengenali kembali
bagian ragaku yang hilang
agar dapat kembali menyatu

mozaik timortimurku 1996

Kamis, 26 Juni 2008

Pagi

Morning Dew, sumber : http://kandar4thegoodnews.wordpress.com/

Butir embun di pucuk rumput
Mengayun, menyela kabut
Pertanda bagi rembulan
Menepi di ujung malam


Juni 2008

Demi Mata Lugu dan Jerawat di Wajahmu

Pada mulanya ...
di suatu siang - yang tak istimewa
datang padaku gadis manis
dengan senyum ramah membuka sapa
Bandung kota asalku –
tempat aku memulai segala
ke kota kecil sepi ini mengikuti nurani, dan
panggilan tugas tentu saja
begitu kata-katanya mengalir terbuka
mengingatkanku pada riak jernih kali Baguia

Ah, gadis manis ceria ...
Kepolosan lugu di matamu
dan jerawat subur di wajahmu
menjadikanku bertanya-tanya
apa gerangan yang kau cari
di negeri bara terpendam ini
benarkah karena panggilan hati ?
atau terpikat petualangan penuh sensasi ?
barangkali pelarian frustasi ?
atau sekedar kejahilan kanak-kanak saja,
yang tak cukup lagi halaman bermain
di kampung sana ?

Apapun itu , tercetus tekad ganjilku :
Demi kedua mata polos lugu
Dan barisan jerawat di wajahmu
Aku akan relakan hari-hariku untukmu

Maka, kitapun saling bertukar cerita
Diseling tawa canda
Ah, bagai kawan lama saja ...

Obrigado barak, Maromak !
Tiba-tiba kurasa, sisa siangku hari itu
berasa lebih istimewa
dan sulit kupercaya - waktupun kok ya terasa
berlari lebih cepat dari biasa ...
Hmm, inikah yang dinamakan cinta
atau hanya ilusiku semata
aku tak mampu menjawabnya
karena aku apalah : laki-laki,
yang tak kalah lugunya ... (ha..ha..)

Tak kusadari, di atas sana
sang malaikat penjaga kala
t'lah goreskan tinta eska-nya
takdirku bersama si gadis ceria
..................

baucau 1995

Aku Ikut Bangga (untuk tuan, yang mahaberpunya)

- untuk korban lumpur Lapindo
para pengungsi di negeri sendiri

Setelah lumpur tuan berkuasa
Atas masjid dan rumah
Atas pasar dan sawah
Atas tempat bermain dan sekolah
Di sinilah aku sekarang ,
dari pagi hingga petang
dari malam sampai subuh menjelang :
tidur berhias bulan bintang


(Ah, bagi kami, yang demikian tak jadi apa)

Tak perlu tuan sibuk tandang menyapa
Karena saku tuan sarat kuasa,
tentulah waktu tuan sangat berharga
Sementara aku apalah : si jelata tanpa daya
Maka tuan cukup kedipkan mata,
sebagai tanda bela rasa
Boleh juga dari sana bersabda bla ...bla ...bla
jangan lupa diliput media ya ...ya ... ya
Itupun, sudah akan membuatku merasa bermakna :
" Ya Allah, syukur atas karunia,
Perhatian dari yang mahaberpunya ,
di seantero negeri , loh
bahkan, di manca pula ! "

Alangkah lebih berbahagia,
jika boleh ikut merasa
Sedikit saja - remah yang tersisa
Makan siang tuan dan nyonya
Dan aku akan lebih giat mendoa :
Semoga tuan selalu jaya
Agar dapat tetap membuatku bangga

juni 2008

Libur Sekolah

Ketika musim libur tiba
Kemana gerangan
para penjaja makanan,
dan tukang parkir
sekolahan ?


awal juni 2008

Sekolah ku Kini (untuk bapak menteri, yang mengurusi anak-anak negeri)

Aku di sini sekarang,
di bawah jembatan layang
Menyimak takzim pelajaran hari ini :
Jalanan adalah lahan memanen uang,
yang gampang dan bisa selalu diulang
dengan modal wajah kuyu
atau rintihan lagu tak perlu merdu
bahkan dengan sedikit saja otot gempal di bahu

Jalanan juga tempat buang sampah
dan sumpah serapah,
yang lega, dan sungguh tak susah
Dari tuan terhormat di mobil mengkilat,
sampai gerobak rombeng akang penjaja ketupat

Jalanan juga yang membuatku pintar
bermain dokter-dokteran
Dengan abang garang bertato macan
atau kakek jompo dengan selangkang kudisan

Aku di sini sekarang,
di bawah jembatan layang
Sebab ayahku terjerat utang
giliran kena phk katanya,
dan bunda dibui
sial tertangkap razia

Inilah kelasku kini
Jalanan buku ajarku
Tak pusing lagi aku,
dengan wajib belajar mu
yang konon - gratis itu
Namun tetap tak bebaskanku
bayar ini dan itu


juni 2008

Sabtu, 21 Juni 2008

Soulmate 2


Cinta semata wayang
Akankah bakal tak lekang
Saat perut membuncit tak kencang
Payudara tak lagi menantang
Kulit keriput kusam kerontang
Rambut memutih bukan kepalang
atau kepala botak telanjang ...

Cinta semata wayang
Akankah bakal tak lekang
Sampai maut menerjang ?

Juni 2008

Senjakala Integrasi

Dili beach in the afternoon
source : http://www.japanvodafone.cn

Di tanah ini
harga diri t’lah jauh hari
mengikuti selera sendiri :
hari ini semurah goreng pisang
esok lusa semahal tebasan parang
tergantung siapa akan jual
siapa pengen beli

Di tanah ini
hukum rimba yang memberi makna
maklum, ini wilayah operasi katanya
jamak jika petani da Silva - yang kini milisia
tak sulit membuat terbirit Roberto - yang kepala desa
cukup bermodal rompi ala serdadu
dan gertak sambal senapan rakitan di bahu

Di tanah ini
tuak mutin dan kitab suci
bisa akur di tempat yang sama :
penawar lapar dan dahaga
pagi giat misa, sore mabok lagi
siang tarung ayam, malam novena lagi

Karena di tanah ini
para penguasa abaikan rakyat
hingga suburlah mental bejat,
tiba masanya undurkan diri
atau ditendang, biar tau diri !


d i l i, 1999

Cintaku di Timur 1

There are beautiful views from the road dug into the rugged coastal mountains on the way to Baucau, Timor Leste.



cintaku jauh di timur ...
di bukit gersang berdebu
berkawan debur laut
membiru

cintaku jauh, di timur ...
di atas tanah kering berbatu
di cekam adat asing
membisu

cintaku jauh di timur ...
namun kurasa dekat menjerat
haruskah kembali kandas
dan terhempas
mengendap ditelan

sang waktu ?

baucau, 1992

Cintaku di Timur 2

Beautiful Buruma beach, district of Baucau
source :www.turismotimorleste.com


Cintaku terbebas di timur
sebebas kuda perkasa padang rumputan
selepas tawa kanak bermain layangan
namun juga tersembunyi sunyi di sudut negeri
yang tengah memintal mimpi
menjadi bangsa yang mandiri
dan tegak dengan harga diri

Cintaku berlabuh jauh di timur
sejauh hati menanggung pedih luka
dari tubuh kenyang derita aniaya
dan tatapan bisu kering airmata
semua atas nama kehormatan negara
entah dicapai tanpa hirau susila

Cintaku tumbuh akar di timur
di sela karang tajam batu hitam
di terpa angin dingin tepi lautan
menyeru lantang di lembah kering gersang
namun juga gelisah di tengah pusaran zaman -
yang kian membingungkan


baucau,1996




Rabu, 18 Juni 2008

Adakah ?


Adakah masih kau ingat
tebing berbatu tempat merayap
Saat dingin berkabut menyelinap
tatap matapun perlahan menghangat


bilur di kaki dan gigil tubuhmu,
tak surutkan langkah


Adakah kau ingat
kali kecil tempat menyepi
riak beningnya seakan sembunyi
menanti dahaga penikmat

kemudian, hujanpun menderas lekas
sebab bivak tak serapat atap,
kita pun saling mendekat mendekap


Barangkali engkau masih ingat
fajar mengintip malu, di puncak
Sunyi dan sihirnya menjerat niat :
takdirku kembali susuri jejak

lereng sumbing, 1985
(untuk teman-teman alumni elgamazi-yogya)

Hening 1


daun jatuh,
menyusup angin

keretak ranting patah
kembang mekar dalam diam

pukau malam
di pucat rembulan

juni 2008

Jejak Badai Semalam


Rumput basah runduk rebah
daun terserak tumpah
dahan patah hunjam tanah


Pagi mengejap, merayap
Hening mencekam, menikam ....


Badai yang tak pernah ramah
tinggalkan kesumat dan hikmat berlimpah:
lusinan kutuk dan sumpah serapah,
juga dzikir ampun - insan yang berserah

Hening 2

batu hitam
di riak kali