Sabtu, 18 Oktober 2008

Sunyi, yang Memanggil

Di sela penat kerja yang menyesakkan, kesunyian selalu punya kesempatan untuk menyelinap. Walau beberapa kejap, namun bagai oase penyejuk di gurun kejaran waktu. Dia bisa datang kapan saja, tanpa kulonuwun. Menyeruak dari deretan angka-angka statistik, lalu lalang orang di jalan, bahkan di tengah percakapan dengan sahabat. Saat ia datang, semua gambar seakan melambat, slowmotion

Jauh hari, seorang Eiji Yoshikawa - penulis legenda Musashi yang mengagungkan kesenyapan, mengingatkan agar kita tak terjebak dalam rutinitas yang dapat mengeringkan jiwa, bahkan membunuhnya. Simak saja sepenggal sajaknya berikut :



Apabila aku sibuk
gunung memandangku
apabila aku senggang
aku memandang gunung
walau kelihatannya sama, tapi tak sama
karena kesibukan lebih rendah
dari kesenggangan



Masihkah relevan dengan kekinian, yang sarat pengagungan materi ? Semua kembali pada kacamata apa yang kita gunakan …

Sekedar berbagi, inilah hasil ‘menyepi’ di tengah riuh keseharianku …



Slow, donk !

Waktu yang sibuk berpacu

Tak hendak jedakah kamu sejenak

Melupakan penat mengabaikan hitungan

Agar tak lepas kendali

Atau sekedar menjadi Sisipus dengan batunya

Naik turun gunung

Sia-sia ...



Andai

goresan rindumu

bertebaran di buku langit biru

bisikan manjamu

terngiang di helaan angin lalu

untuk siapakah itu ?

13 oktober 2008



Padang rumput, suatu siang

Arakan awan putih

di bentang biru langit

ilalang kering yang lelah

mencakarnya sia-sia

17 Oktober 2008

Tidak ada komentar: