Di sela penat kerja yang menyesakkan, kesunyian selalu punya kesempatan untuk menyelinap. Walau beberapa kejap, namun bagai oase penyejuk di gurun kejaran waktu. Dia bisa datang kapan saja, tanpa kulonuwun. Menyeruak dari deretan angka-angka statistik, lalu lalang orang di jalan, bahkan di tengah percakapan dengan sahabat. Saat ia datang, semua gambar seakan melambat, slowmotion …
Jauh hari, seorang Eiji Yoshikawa - penulis legenda Musashi yang mengagungkan kesenyapan, mengingatkan agar kita tak terjebak dalam rutinitas yang dapat mengeringkan jiwa, bahkan membunuhnya. Simak saja sepenggal sajaknya berikut :
Apabila aku sibuk
gunung memandangku
apabila aku senggang
aku memandang gunung
walau kelihatannya sama, tapi tak sama
karena kesibukan lebih rendah
dari kesenggangan
Masihkah relevan dengan kekinian, yang sarat pengagungan materi ? Semua kembali pada kacamata apa yang kita gunakan …
Sekedar berbagi, inilah hasil ‘menyepi’ di tengah riuh keseharianku …
Slow, donk !
Waktu yang sibuk berpacu
Tak hendak jedakah kamu sejenak
Melupakan penat mengabaikan hitungan
Agar tak lepas kendali
Atau sekedar menjadi Sisipus dengan batunya
Naik turun gunung
Sia-sia ...
Andai
goresan rindumu
bertebaran di buku langit biru
bisikan manjamu
terngiang di helaan angin lalu
untuk siapakah itu ?
13 oktober 2008
Padang rumput, suatu siang
Arakan awan putih
di bentang biru langit
ilalang kering yang lelah
mencakarnya sia-sia
17 Oktober 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar